Pulau Merah Banyuwangi, Wisata Lokal Untuk Berselancar

Pulau Merah, menjadi wisata lokal pertama yang saya datangi di Banyuwangi sebelum keesokan harinya berangkat ke Gunung Ijen dan Taman Baluran Nasional. Dalam perjalanan keliling kota Banyuwangi ini, saya menyadari bahwa partner bolang saya, Rachel, ternyata seorang pecinta pantai sejati. Begitu memasuki kawasan pantai ini, dia lari lebih dulu dan lebih semangat daripada saya. Karena saya adalah pecinta gunung, mungkin kegembiraan Rachel memasuki pantai setara dengan kegembiraan saya saat memasuki kawasan pegunungan. Tapi, kegembiraan itu kan sifatnya menular, jadi lah saya pun kemudian akhirnya ketularan girang main-main di pantai.
 

Pulau Merah dikenal dengan sebuah gunung kecil yang berada 100 meter dari pinggir pantai. Tanah di gunung tersebut konon berwarna kemerahan, dari sanalah asal nama Pantai Merah. Kisah yang terdengar, katanya ada tambang emas di gunung tersebut. Namun ada juga cerita lain yang mengatakan asal muasal nama pantai ini dikarenakan pada suatu waktu, sinar matahari terbenam yang muncul dari balik gunung kecil itu menyemburkan semburat merah. Seperti yang saya lihat juga dari hasil penelusuran di internet, memang ada foto-foto yang memperlihatkan sinar sunset merah menyala yang keren banget! Tapi pada saat saya di sana hingga senja, warnanya tidak sampai merah menyala. Mungkin jika sehabis turun hujan baru bisa memberikan sinar kemerahan yah. 




Banyuwangi yang saat ini tengah mengalami perkembangan pesat dalam pemeliharaan wisata lokalnya memang beberapa kali mengadakan acara perlombaan selancar. Selain di sini, salah satu pantai terbaiknya adalah Plengkung, dimana biasanya dituju oleh para peselancar profesional. Perbedaan dari kedua pantai ini adalah ketinggian ombaknya. Di Pulau Merah, ketinggian ombak rata-ratanya mencapai 2 meter lebih, namun pada bulan tertentu saat ombak sedang tinggi bisa mencapai 4 meter. Tak heran jika banyak peselancar pemula dan menengah yang memacu adrenalinnya melawan ombak di sini. 

 Silau! Kami punya waktu kurang lebih 2,5 jam di sini untuk menunggu sunset.

 Kirim foto..


 Dan kirim lagi..

Menempuh jarak sekitar 60 km dari pusat kota, pantai ini tidak terlalu sulit untuk ditemukan. Atau mungkin karena saya tertidur dalam perjalanan sih. Mengitari pantai ini, saya banyak bermain dengan batu-batuan unik yang saya temukan di pasir pantai. Kulit kerang dengan warna-warna yang cantik, hingga batu karang mungil berwarna putih. Saya juga bermain ayunan yang tergantung di batang pohon besar, nostalgia masa Taman Kanak Kanak sejenak karena ayunan selalu menjadi pilihan mainan pertama saya, walaupun pernah jatuh terlempar hingga kepala bocor, tapi saya tidak kapok. Dan tentu saja, kami berempat tidak melewatkan acara foto-foto. Jalan-jalan terbaik (bagi saya) adalah ketika bisa menikmati santapan kuliner sedap dan berfoto-foto bagus dengan teman-teman traveling yang asyik. Berlarian kecil mengejar ombak, melempar batu kerikil, hingga aksi melompat di udara, semuanya kami lakukan untuk menunggu senja. Seru dan senang! Lihat saja hasil bidikan kamera untuk hasil aksi super random di bawah ini. Terima kasih Rachel Vanessa! Terima kasih Septian dan Irfan, teman-teman traveling Banyuwangi! Senangnya maksimal!

 Kami menemukan batu karang yang kece! Tapi enggak kelihatan di foto ini, errrrrr..

 Hai, Rachel!
 Sejenak gembira kembali menikmati mainan jaman kecil, ayunan.

Foto galau?

Foto super bahagia?

 "Happy Feet"

 Awannya cotton candy!



Batu karang bidikan Rachel di sela-sela menunggu senja.

Kulit kerang jingga, cantik!

Dan, di sinilah kami memulai aksi gembira ria menyambut sunset! Hore!

 The Dancer dan The....?

L O V E

Demi angle maksimal yah fotonya.

Penasaran dengan aksi foto mereka berdua? Satu...

Dua...

Tiga...!

Saya pun akhirnya bergabung di tengah. Hurray!

Hap hap hap!

Ini dia sulitnya jika berfoto dengan timer, hasilnya jadi random...





All photos courtesy: Rachel Vanessa.

Comments

Popular Posts