Taman Baluran Nasional, Padang Savana di Banyuwangi

Taman Baluran Nasional, wisata lokal Banyuwangi ini dikenal sebagai Padang Savana terluas di Pulau Jawa, atau bisa kita juluki dengan “The Little Africa”. Taman ini cukup berdekatan dengan sebuah gunung, yaitu Gunung Baluran, dari situlah asal namanya. Pada 6 Maret 1980, tempat ini resmi dinyatakan sebagai Taman Nasional pertama. Tak mengherankan, karena di dalamnya terdapat 444 jenis tanaman dengan luas tanah sekitar 25.000 hektar, wow! Saya sempat mencari informasi tentang tempat ini lewat internet terlebih dahulu dan cukup terpukau dengan foto-fotonya. Akhirnya, selepas mendaki Gunung Ijen, saya dan rombongan langsung memutuskan untuk ke sini. Dari cuaca dingin layaknya kulkas, kami menuju lokasi terpanas di Banyuwangi. Maksudnya supaya seimbang, habis dingin terbitlah panas.

 Suasana jalanan memasuki Taman Baluran.

Dari lokasi wisata Kawah Ijen menuju tempat ini membutuhkan waktu sekitar 2 jam, itu pun dengan kekuatan menyetir ala Septian yang cukup ngebut dan tanpa nyasar. Kami tiba di Taman Baluran pukul 11:00 siang. Saya masih bersemangat dan langsung turun untuk melihat harga tiket dan apa saja yang tersedia di dalamnya. Harga tiket masuknya adalah 5.000 rupiah per orang, dan mobil dikenakan biaya 10.000 rupiah. Bapak penjual tiketnya mengatakan bahwa biasanya ada banteng, namun saat itu sedang tidak dilepas bebas. Saya langsung melirik warna pakaian yang saya kenakan, bukan merah, aman!

Selama menyetir, di kiri dan kanan kami penuh dengan pohon dan rerumputan kering. Suasana tandus dan gersang langsung menerpa. Begitu kami coba untuk buka kaca mobil, udaranya langsung cocok untuk bersauna ria. Sangat bertolak belakang dengan Kawah Ijen dimana kami kedinginan sampai sulit bernapas, di sini justru rasanya ingin mengganti pakaian dengan baju bolong. Jalanan yang dilalui berkerikil dan berpasir. Pemandangan di seluruh penjuru mata adalah batang ranting menjulang dan pepohonan besar yang tidak terlalu hijau. Setelah menyetir ke dalam selama 20 menit, kami melihat pemandangan sedikit berbeda. Pepohonan di sekeliling kami lebih hijau dan teduh. Namun tidak begitu lama, kami mulai memasuki lahan yang gersang lagi, kemudian tiba di Bekol.

 Pepohonan hijaunya hanya sekitar 30 meter saja.

Bekol adalah salah satu pemberhentian untuk bisa melihat satwa seperti ayam hutan, monyet, merak, rusa, kijang, banteng, kerbau liar, dan burung. Pada saat itu, kami hanya sempat berpapasan dengan sekumpulan monyet. Sedikit tips, bawalah makanan ringan yang bisa dibagi-bagi untuk mereka. Kami sempat memberikan gorengan tahu, bakwan dan pisang goreng, mereka doyan banget! 




Tiba di tengah-tengah Padang Savana tepat pukul 12:00 siang, saya bisa merasakan bahwa sariawan di dalam mulut saya mulai pecah saking panasnya. Sebuah pohon langsung menarik perhatian kami, karena berdiri sendirian di tengah padang tandus dan bentuknya mirip dengan pohon di sampul buku The Purpose Driven Life buatan Rick Warren. Sedetik pertama, saya lupa dengan cuaca panas yang menyengat dan langsung mendekati pohon itu, untuk berteduh. Jika di Kawah Ijen saya sempat berpikir apakah ada calon pengantin yang ingin foto pre-wed di sana, nah di Taman Baluran pun saya menanyakan hal yang sama. Dan, ternyata ada! Mereka sedang bersiap-siap, melakukan make up dan hair do di tengah pondok yang tersedia. Sudah terbayang oleh saya, tempat "sekering" ini sangat cocok dengan tema foto ala bohemian dan hasilnya mungkin akan sangat keren!







Walaupun gersang dan tandus, tapi anginnya kenceng!





Silau banget untuk berfoto di kawasan ini, mata jadi segaris -___-

Tidak kuat terlalu lama berada di dalam “The Little Africa” ini, karena cukup menguras keringat, maka kami memutuskan untuk pulang. Sayang juga jadi tidak banyak berfoto-foto karena takut dehidrasi. Semangat pun memudar karena udaranya panas banget! Padahal ada beberapa pos pemberhentian yang cukup menarik (jika kuat menelusuri), yaitu:

  • Pos Batangan. Terdapat beberapa peninggalan sejarah seperti Goa Jepang, makam putra Maulana Malik Irbrahim, hingga atraksi tarian burung merak pada musim kawin (dimulai antara bulan Oktober hingga November).
  • Pos Barma, Balanan dan Bilik. Di lokasi ini adalah fasilitas wisata bahari untuk memancing, snorkeling, dan juga untuk menyaksikan atraksi hewan.
  • Pos Manting dan Air Kacip. Lokasi ini menjadi habitat macan tutul dan terdapat sumber air yang tidak pernah kering sepanjang tahun.
  • Pos Curah Tangis. Di sini merupakan fasilitas untuk kegiatan panjat tebing dengan tingkat kemiringan mencapai 85%, jauh lebih miring daripada mendaki ke Ijen.

    Kalau ada banteng lepas, pasti Septian yang dituju pertama kali!

    Wahai penari, Rachel, sedang membelai pohon?

     Rocker juga manusiaaaa!

Jika punya kesempatan untuk kembali mengunjungi Taman Baluran Nasional, saya tetap mau. Namun, mungkin akan lebih bijak jika tiba di sana pukul 3 atau 4 sore, sehingga cuacanya sedikit lebih baik untuk pernapasan dan tidak membuat sariawan pecah. Selamat menikmati Afrika-nya Indonesia!









 Sampai jumpa lagi yah!

Comments

Popular Posts