Street Food sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia
Paduan kedua kata yang mampu menciptakan gejolak rasa lapar di perut, “street” dan “food”. Ya, ini dia, Street Food. Jika diartikan secara harafiah mungkin masih masuk akal: jenis makanan yang bisa kita temukan di pinggiran jalan. Street food juga dapat diartikan sebagai makanan siap saji yang diperjualbelikan di area terbuka, baik itu mulai dari penganan ringan, ataupun minuman. Di Indonesia sendiri mungkin lebih sering kita dengar sebagai jajanan kaki lima, sebuah sebutan yang cukup lucu, bukan? Sekilas saya sempat bertanya kepada pedagang nasi goreng di dekat rumah, mengapa jajanan street food bisa disebut kaki lima? Jawaban ringan dengan tawa seloroh yang saya dapat, “Oohh, itu cuma kiasan saja, neng! Gerobak kita ini kan kakinya ada empat, nah ditambahin sama kaki saya ini jadi lima deh, kaki lima kan?”.
Dalam postingan kedua untuk Femina Foodlovers Blog Competition 2013 mengenai street food ini, saya jadi penasaran dengan berbagai jenis makanan kaki lima yang kita miliki di Indonesia. Ternyata kita memiliki daftar street food yang sangat berlimpah! Tentunya tak sulit bagi kita untuk mengenali si Kue Cubit, yang terbuat dari bahan-bahan sederhana yaitu tepung terigu, gula, susu dan baking powder. Adonan lembutnya langsung mengembang ketika dipanggang di atas loyang dengan berbagai bentuk yang menggemaskan. Pernah memperhatikan lebih detail ketika si abang penjual membuat Kue Cubit? Mereka menaburkan meises di atas adonannya ketika masih setengah matang. Asal muasal pemberian nama Kue Cubit ini karena ukuran kuenya yang hanya sekitar 4 hingga 5 sentimeter, jadi untuk memakan si mungil manis ini, kita hanya perlu mencubitnya saja.
Si Kue Cubit ini pun memiliki saudara, yaitu Kue Laba-Laba. Masih menggunakan bahan dan loyang yang sama, namun dengan teknik pembuatan berbeda, adonan cairnya dituang menggunakan sendok di atas loyang membentuk lingkaran yang saling bertabrakan, seperti jaring laba-laba. Lebih garing dibanding Kue Cubit, si Kue Laba-Laba ini juga memiliki banyak penggemar di Indonesia. Masih dalam jenis penganan ringan, Kue Rangi, Kue Putu, Kue Pancong, Gemblong, dan Lekker, semuanya ini juga masuk ke dalam street food manis yang bisa kita temukan dengan mudah, biasanya dekat dengan lingkungan sekolah atau jalan-jalan kecil.
Bukan hanya cemilan kecil saja,
street food yang mengenyangkan pun tersedia sangat banyak sekali. Siapa yang
bisa menahan godaan Siomay? Bumbu kacang yang melumuri Siomay, dengan rasa yang
diperkuat oleh saos sambal. Otak-otak khas dari bahan ikan tenggiri, dijual
dalam bungkusan plastik-plastik bening kecil, dapat kita nikmati dengan
menggunakan tusukan lidi kecil. Street food yang menggunakan bahan sayuran pun
bisa kita pilih antara Ketoprak atau Gado-Gado. Terus terang saja, sampai
sekarang pun saya masih sulit membedakan kedua jenis street food barusan,
karena keduanya memiliki komponen yang kurang lebih serupa.
Beralih ke street food lainnya yang
juga menjadi kesukaan saya dan sahabat, Martabak! Dua jenis martabak yang saya
gemari, Martabak Telur untuk mengganjal perut sebelum acara makan malam dan Martabak
Manis sebagai cemilan penutup. Keduanya sama-sama enak! Mungkin banyak orang
mengatakan bahwa jajanan street food hanya akan membuat kita sakit, mengingat
kebersihan area atau peralatan yang digunakan bisa saja kurang higienis. Untuk
mengatasi hal tersebut, sebenarnya kita bisa saja menyiasatinya dengan menjaga
keseimbangan asupan yang masuk ke dalam tubuh. Rujak Buah, Sop Buah, ataupun
Jus Buah, semua ini juga bisa ditemukan di pinggiran jalan. Termasuk ke dalam
street food namun juga menyehatkan bukan?
Membahas Sop Buah ataupun Jus Buah,
membuat kita haus! Adapun berbagai jenis es yang tersedia di pinggiran jalan,
sebut saja si hijau Es Cendol yang segar dengan kuah campuran gula jawa, santan,
dan bahan-bahan lainnya seperti daun pandan. Masih ingat Es Podeng? Taburan
kacang renyahnya yang membekas di ingatan dan mampu menciptakan esensi mau lagi
dan lagi. Jangan lupakan juga Es Dawet dan Es Selendang Mayang. Berbagai jenis
es ala street food ini lebih banyak dicari masyarakat luas ketimbang dengan ice
cream pada umumnya.
Sangat menarik dan menyenangkan untuk
menuliskan berbagai jenis makanan street food yang kita temukan di sekitar. Apa
yang saya tulis di atas hanya sebagian kecil street food di Jakarta. Bayangkan
dengan jenis-jenis makanan lain yang belum saya ketahui, tersebar di puluhan
kota atau pulau lainnya di Indonesia. Menurut pandangan saya pribadi, street
food Indonesia ini bukanlah sesuatu yang bisa dipandang sebelah mata begitu
saja. Setiap hal yang dimiliki oleh Indonesia memang sepatutnya dijaga dan
dikelola dengan baik sebelum dilirik oleh negara lain dan dibudayakan lebih
maksimal oleh mereka. Street food menyimpan sejarah dan jati diri setiap
bangsa. Ada nilai budaya dan kekayaan alam yang Indonesia miliki di dalamnya. Tak
heran jika banyak turis mancanegara mengatakan bahwa masakan Indonesia sangat
berani dengan permainan bumbunya, tidak seperti beberapa negara di benua Eropa
misalnya yang cenderung tawar di lidah.
Berbagai acara perkenalan budaya
antar negara di dunia telah banyak diselenggarakan, dan sayangnya hingga saat
ini belum ada yang mampu memberikan gebrakan luar biasa dari Indonesia. Misalnya
saja Internationale Tourismus Borse di Berlin, Jerman. Sekitar lebih
dari 180 negara ikut berpartisipasi memperkenalkan kebudayaan mereka, termasuk
juga seni kuliner kebanggaan mereka. Ajang seperti ini adalah ajang yang
seharusnya dijadikan lahan tepat untuk membuka mata dunia akan seni kuliner
Indonesia, walaupun mereka sebelumnya telah mengenal Rendang dengan predikat
Makanan Terlezat di Dunia.
Street food,
bukan sekedar makanan pinggiran jalan saja, karena melalui street food inilah
Indonesia bisa memiliki citra lebih positif yang sejalan untuk mendongkrak
kekayaan pariwisata serta pendapatan negara. Semoga dalam acara World Street
Food Congress 2013 yang akan diadakan di Singapura mendatang, Indonesia mampu
menampilkan yang terbaik dan maksimal dari street food yang kita miliki. Setuju?
Comments