Pantai Suluban, The Blue Point di Bali Selatan

Pantai Suluban, destinasi pantai kedua setelah saya dan Rachel mengunjungi Pantai Pandawa. Menilik asal katanya, Suluban ternyata diambil dari bahasa daerah Bali yaitu "Mesulub" yang artinya serupa dengan membungkuk. Memang, untuk memasuki kawasan pantai ini, semua orang harus sedikit membungkuk melewati bongkahan batu karang besar yang nampak seperti goa. Setelah melewati goa atau pintu masuk tersebut, pemandangan pantai dan deburan ombaknya yang menghipnotis telinga langsung menyeruak. Tempat ini juga dikenal dengan sebutan Blue Point, karena lokasinya berdekatan dengan Blue Point Bay Villa yang berada di puncak tebing. 



 Tangga menuju Pantai Suluban.


 Kena guyur ombak!

Nuansa di Pantai Suluban ini terasa lebih romantis. Perpaduan suara ombak, hamparan air laut berwarna biru kehijauan, butiran pasir pantai yang menggelitik telapak kaki, hingga pemandangan dari atas tebing, semuanya memberikan rasa sedikit berbeda dari pantai yang sebelumnya saya datangi. Di sini, saya merasa lebih tenang dan damai, walaupun tetap banyak turis berjejalan membawa papan seluncurnya. Saya dan Rachel beranjak naik dengan undakan tangga setapak, kemudian kami tiba di tengah-tengah deretan pertokoan. Sepanjang jalan ini, kami bisa melihat-lihat karya seni yang penduduk jajakan, mulai dari lukisan, gelang anyaman, hingga baju dan tas. Beberapa tempat langsung menarik perhatian saya, karena terdapat hiasan mural bergaya retro yang menghiasi dinding besar, semuanya diakhiri dengan tulisan "Project Clean Uluwatu". Seakan menjadi pameran seni dan grafitti, di sini bahkan ada sebuah rumah mungil yang dilukis penuh sampai ke gentengnya. Warna-warna bernuansa pastel dan cerah. Cantik!

 "You can't only love er when you want to.." ada yang ingat ini lirik lagu siapa?
 




Seseorang kemudian mengajak kami untuk menuruni tangga dan menuju pinggiran tebing. Ternyata, pemandangan dari titik itu langsung menyapu keseluruhan pantai. Beberapa fotografer bahkan berdiam diri dari pagi hari hingga menunggu senja untuk mengabadikan petualangan selancar dari para bule. Dari obrolan singkat bersama mereka, saya jadi mengetahui bahwa ketinggian ombak di sini bisa mencapai 3 hingga 12 kaki dari permukaan air. Tak heran jika lokasi ini dijadikan tempat berlomba melawan ombak bagi peselancar taraf advanced dan professional. Dari bibir tebing, saya melihat ke bawah dan menikmati perbedaan warna di bawah, air hijau yang kemudian perlahan berubah menjadi biru menandakan kedalamannya. Hening sejenak sembari mendengarkan ombak ternyata bisa sangat menyenangkan dan menenangkan. Kini saya paham kenapa Rachel menyukai pantai. Sebagai anak gunung, saya pun menikmati nyanyian ombak di Pantai Suluban ini. 







Peselancar yang berhasil difoto oleh Rachel dari jarak jauh.



 Rachel anak pantai, dan saya si anak gunung.

 Booyaaa! Sampai jumpa lagi!

Comments

Popular Posts