The Teacher's Diary


The Teacher's Diary, film Thailand besutan sutradara Nithiwat Tharathorn ini menjadi pilihan saya sebagai tontonan yang menghibur di kala hujan lebat. Nontonnya sih enggak sambil hujan-hujanan, tapi duduk anteng di rumah sambil ngemil dan ketawa-ketawa, maklum saja, ini film drama komedi. Ceritanya dimulai dari Song (diperankan oleh Sukrit Wisetkaew), seorang mantan pegulat yang pindah haluan mengadu nasib menjadi guru. Baru beberapa detik berlangsung saja, nuansa komedinya sudah kelihatan. Song diuji oleh Bapak Kepala Sekolah untuk mengajar di Sekolah Terapung. Dia harus berlayar ke tengah lautan terpencil, dimana sebuah sekolah didirikan hanya berisikan 4 orang murid saja. Kondisi di Sekolah Terapung ini cukup miris, tanpa sinyal hape, tanpa listrik di malam hari, dan toiletnya pun hanya bermodalkan toilet 'langsung cemplung' ke laut. Kebayang?

 Ekspresi wajah Song waktu pertama kali menuju Sekolah Terapung.

Di tengah-tengah cobaan tersebut, Song menemukan buku harian milik Ann (diperankan oleh Cherman Boonyasak). Ann adalah seorang guru wanita yang sebelumnya mengajar di Sekolah Terapung yang sama. Song merasa terhibur ketika membaca lembaran demi lembaran tulisan tangan yang ditorehkan Ann setiap harinya di diary tersebut. 



Kisah Ann selama mengajar ternyata lebih suram lagi, pernah ada mayat terapung di bawah dudukan toilet, menemukan cicak berenang di air minumnya, hingga bertengkar hebat dengan pacarnya karena lebih memilih mengajar di Sekolah Terapung daripada sekolah swasta. Ann menjuluki Sekolah Terapung ini sebagai S.O.G yaitu singkatan dari Sekolah Orang Galau. Song langsung merasakan kedekatan emosional melalui cerita Ann, karena Song pun baru saja putus dengan pacarnya yang tega selingkuh dengan pria lain. Keduanya mengalami masa-masa galau dalam percintaan dan menjadikan Sekolah Terapung sebagai tempat pelepasan kegalauannya. 



Dari sekedar rasa kagum, Song malah jadi tertarik untuk menemui Ann. Walaupun dia tahu Ann sudah dilamar oleh pacarnya, tetapi Song tetap merasa ingin bertemu. Hanya berbekal informasi sebuah tato bintang yang ada di pergelangan tangan kanan Ann, Song berkeliling di sekolah mencari guru dengan tato bintang tersebut. Namun, Ann sudah menghapus tato bintangnya demi memenuhi tuntutan sekolah swasta. Banyak hal dikorbankan oleh Ann agar bisa mengajar di sekolah swasta demi menuruti kehendak pacarnya, yang ternyata merupakan wakil kepala sekolah di salah satu sekolah swasta tersebut. Singkat cerita, puncaknya adalah ketika Ann dihampiri oleh seorang wanita hamil yang mengaku tengah mengandung anak dari pacarnya Ann. Ann kemudian memutuskan untuk kembali mengajar di Sekolah Terapung demi menjauhi pacarnya. Di sanalah Ann membaca tulisan-tulisan dari Song yang dicoretkan di buku harian lamanya. Ketika dulu Ann menuliskan rasa kesepiannya, Song menambahkan tulisan "Saya juga kesepian" di halaman yang sama. Mereka berdua menemukan rasa tertarik dan kedekatan emosional yang sama walaupun belum pernah bertemu. 

Ann memperagakan huruf "A" saat memperkenalkan dirinya kepada para murid.

Sedangkan Song memperagakan angka 2, karena "Song" dalam bahasa Thailand artinya "2".

Fakta menarik dari film ini yaitu di Thailand memang ada sekolah terapung, namanya Bann Ko Jatson School (Floating Classroom Branch) di Distrik Li, provinsi Lamphun di Thailand Utara. Namun untuk lokasi syuting film ini, mereka mengambil lokasi di Kang Ka Jan Natural Park, provinsi Phetchaburi. Kebayang gak sih cara syuting di tengah lautnya? Saya jadi penasaran ingin lihat proses behind the scene nya.




Festival Loy Krathong untuk make a wish.

Cerita dari film The Teacher's Diary ini terasa ringan dan pemandangan dari lokasi lautnya pun indah. Banyak adegan kocak yang mengundang tawa, tentu saja, itulah sebabnya saya memilih film Thailand. Sederhana namun menyentuh. Salah satu adegan kesukaan saya adalah ketika Song mengajarkan cara menghitung jarak tempuh kereta api. Chon, murid yang selalu kesulitan dengan soal matematika bertanya seperti apakah rasanya naik kereta api. Kemudian Song mengikatkan Sekolah Terapungnya dengan tali tambang dan dia tarik dengan mesin kapal, sehingga satu sekolahan berjalan di atas laut layaknya kereta api. Murid-murid kegirangan dan menirukan suara cerobong asapnya. Metode mengajar yang nekat dan selalu menggunakan praktek sederhana diterapkan Song, karena dengan cara seperti itu, murid-muridnya jadi bisa lebih memahami dan mengerti.


Ketika Chon tidak lulus ujian nasional, Song menyalahkan dirinya sendiri karena merasa dirinya yang masih kurang pintar tidak layak menjadi guru. Dia kemudian berniat untuk sekolah lebih tinggi lagi agar bisa lebih pintar mengajar. Momen yang sangat menyentuh. Film ini memang tidak terlalu menonjolkan kisah cintanya, porsinya lebih banyak tentang pengorbanan dan rasa tanggung jawab besar guru untuk menjaga muridnya dalam keadaan apapun di tengah situasi sekolah yang hanya beralaskan kayu dan triplek. Komitmen mereka dalam mengemban tugas dan tidak kabur begitu saja ketika ditempa badai maupun peristiwa naas lainnya digambarkan secara implisit. Saya rasa film ini cocok untuk ditonton semua usia. Apalagi pemandangan laut dan pepohonannya sangat menentramkan mata. Pembelajaran yang bisa dipetik dari karakter Song dan Ann karena berdedikasi dan penuh semangat juga layak ditularkan. Dan tentu saja, murid-murid lucu ngegemesin dengan ciri khas mereka menjadi sisi humor yang menonjol. Sebagai orang yang pernah berpikir ingin menjadi guru, saya senang dengan cerita film ini, apalagi bikin geregetan menunggu-nunggu kapan Song dan Ann bisa bertemu. Skor dari saya: 8,5. Tanpa harus menunggu Hari Guru Nasional, film The Teacher's Diary ini layak ditonton!

Comments

Popular Posts