Pesona Shirakawa-go, Desa di Tengah Salju
Shirakawa-go, itulah nama tempat bermain kami pada hari kedua di #terravelingjapan. Jauh sebelumnya, saya hanya melihat Shirakawa-go sekilas melalui Instagram Govinda, dan langsung membayangkan salah satu adegan Game of Thrones yang populer dengan jargon "Winter is coming". Terpecik sebuah bayangan bahwa tempat tersebut akan dipenuhi dengan rumah-rumah kayu mungil dan dikepung oleh salju. Dan, hari ini pun tiba.
Tak heran jika Shirakawa-go termasuk sebagai salah satu tempat yang masuk dalam daftar UNESCO's World Heritage Sites. Begitu kami menjejakkan kaki di sana, pertokoan tradisional menghiasi di sisi kiri dan kanan jalan setapak. Kami tak sempat mencoba masuk ke dalam pertokoan karena sudah terlalu bersemangat untuk bermain salju. "Ayo guys, di ujung sana nanti viewnya lebih bagus," ujar Govinda memandu kami yang nampak bagai kawanan anak ayam berjalan serong mengikuti induknya. Tak perlu menunggu sampai ujung, baru di sepertiga perjalanan saja, sebagian besar dari kami sudah berhenti karena bermain perang salju.
Bola-bola salju langsung kami bentuk dan lempar ke sasaran. Apa yang menjadi sasarannya? Tentu saja teman-teman kami sendiri, ha! Tak peduli apakah ia perempuan atau pria, tak peduli apakah ia memakai kacamata atau lensa kontak, tak peduli apakah hiasan pensil alisnya akan luntur di wajah atau tidak, semua kena lemparan bola salju. Tapi semua girang, tertawa lepas tanpa beban sambil berkejar-kejaran untuk membalas lemparan yang diterima. Mungkin seperti itulah yang dimaksud dengan kutipan, "Eye for an eye."
Shirakawa-go memiliki kuil-kuil yang dikelilingi oleh hutan, kami sempat masuk ke dalam salah satu hutan dengan salju yang menyelimutinya setebal 90 sentimeter! Terperosok, tergelincir, nyusruk, sebutkanlah, semuanya terjadi siang tadi. Bangunan rumah di sini pun terlihat unik seperti rumah mainan. Keistimewaannya terlihat dari gaya desain arsitekturnya yang mengusung model Gassho. Genteng setiap rumah dibuat dengan bentuk runcing agar memudahkan jatuhnya salju dari atap.
Gerombolan #terravelingjapan pun kemudian berpencar-pencar karena ketertarikan masing-masing yang berbeda. Saya menempel bersama tour guide kami, Govinda, dan sempat singgah ke salah satu spot foto yang katanya cukup menjadi incaran banyak turis. Sebuah rumah kayu yang katanya unik, karena berdiri sendirian, jauh dari rumah-rumah lainnya. Setelah saya perhatikan, ternyata ukuran rumah di sini cukup besar, tidak kecil seperti yang saya bayangkan sebelumnya.
Jika boleh mencari satu kata untuk menggambarkan perjalanan saya ke Shirakawa-go, maka "misterius" yang saya pilih. Kenapa?
Karena ada nuansa sedikit menyeramkan saat pertama kali tiba di Shirakawa-go, namun kemudian perlahan menghilang. Semakin dijelajahi, semakin terasa menenangkan. Semakin banyak hal yang mampu membuat saya terperangah kagum. Tapi rasa misterius itu masih tetap melekat. Oh well, mungkin juga karena suhu udaranya yang terlalu dingin, jadi masih terasa sedikit mencekam.
Saya jadi tak sabar ingin melihat sisi Jepang yang lain. Sisinya yang lebih hangat dan bersahabat.
*semua foto di atas diambil oleh Anggara Mahendra dan Govinda Rumi.
Comments